Jerat Belanja Daring: Klik Berubah Menjadi Kecanduan

SiarKota.Com | Kisah Ilmiah—Sadie, seorang agen pembelian yang bekerja di perusahaan ilmiah, menjalani kehidupan ganda. Pada siang hari, dia adalah profesional yang teliti, memesan bahan kimia dan peralatan laboratorium senilai jutaan dolar.

Namun, pada malam hari, dia terperosok dalam dunia belanja daring yang tak terkendali. Dia membeli segala sesuatu yang menarik perhatiannya: kamera, aksesori, peralatan deteksi logam, bahkan koleksi pulpen dan benang yang tidak pernah dia gunakan.

Sadie tidak menyadari utangnya membengkak hingga 20.000 dolar AS. Dia merasa malu dan takut, sehingga menyembunyikan masalahnya dari suami dan keluarga.

Dia adalah satu orang dari jutaan orang yang terperangkap dalam jerat belanja kompulsif, sebuah fenomena yang semakin mengkhawatirkan pada era digital.

Sejarah Panjang Kecanduan Belanja

Kecenderungan untuk membeli secara kompulsif sebenarnya telah lama ada. Pada tahun 1899, psikiater Jerman Emil Kraepelin mendeskripsikan keinginan patologis untuk membeli dengan istilah krankhafte Kauflust. Namun, dengan munculnya e-commerce raksasa seperti Amazon, Shein, dan Temu, masalah ini mencapai tingkat epidemi.

Perusahaan-perusahaan ini menggunakan teknik psikologis yang canggih untuk menarik pelanggan, seperti diskon kilat, poin hadiah, dan desain aplikasi yang adiktif. Komisi Eropa bahkan sedang menyelidiki Temu karena diduga menggunakan “desain layanan yang membuat kecanduan.”

Transformasi Perilaku Belanja pada Era Digital

Internet telah mengubah belanja menjadi aktivitas yang mudah diakses dan adiktif. Menurut Dr. Anna Lembke, seorang psikiater dari Universitas Stanford, belanja daring telah menjadi “sesuatu yang menyerupai narkoba.” Penelitian menunjukkan bahwa belanja kompulsif mengaktifkan sistem penghargaan dopamin di otak, mirip kecanduan zat.

Masalah ini tidak hanya terjadi di negara maju. Dr. Heping He, seorang peneliti dari Universitas Shenzhen, menemukan bahwa hampir sepertiga populasi di Cina mengalami belanja kompulsif. Berbagai negara juga melakukan penelitian serupa, menunjukkan bahwa fenomena ini bersifat global.

Kurangnya Pengakuan Medis 

Meskipun dampaknya luas, para ahli medis belum mengakui belanja kompulsif sebagai gangguan resmi dalam panduan diagnostik, seperti manual diagnostik (DSM) atau klasifikasi penyakit (ICD). Hal ini menghambat penelitian lebih lanjut dan upaya penanganan yang efektif.

Para ahli masih memperdebatkan penyebab belanja kompulsif. Apakah ini disebabkan oleh impulsivitas, dorongan obsesif-kompulsif, atau kecanduan perilaku? Meskipun demikian, model kecanduan tampaknya semakin diterima, didukung oleh bukti neurobiologis yang menunjukkan aktivasi sistem penghargaan dopamin.

Bukti Neurobiologis dan Kriteria Diagnostik

Dr. Patrick Trotzke, seorang psikolog dari Universitas Charlotte Fresenius, menggunakan pemindaian otak untuk menunjukkan bahwa gambar-gambar produk dan pusat perbelanjaan memicu aktivitas dopaminergik pada individu dengan belanja kompulsif. Hal ini menunjukkan bahwa belanja kompulsif memiliki dasar biologis yang kuat.

Pada tahun 2021, 138 spesialis dari 35 negara sepakat untuk menetapkan kriteria diagnostik untuk “gangguan pembelian kompulsif.” Kriteria ini meliputi dorongan yang kuat untuk membeli, tidak bisa mengendalikan keinginan membeli, membeli barang yang tidak berguna, dan konsekuensi negatif akibat belanja.

Tantangan Pengobatan dan Regulasi

Terapi perilaku kognitif adalah satu-satunya pengobatan yang terbukti efektif untuk belanja kompulsif. Namun, penelitian tentang pendekatan lain masih terbatas.

Dr. Maèva Flayelle dan Dr. Joël Billieux dari Universitas Lausanne menyoroti pentingnya mempertimbangkan desain situs web dan aplikasi yang dapat memicu belanja kompulsif. Mereka juga menyoroti masalah “kotak jarahan” dalam permainan video, yang menggabungkan unsur perjudian dan belanja.

Regulasi terhadap praktik bisnis daring yang adiktif masih menghadapi tantangan. Meskipun ada upaya untuk mengatur iklan dan impor barang bernilai rendah, kemajuan teknologi dan inovasi bisnis daring bergerak lebih cepat daripada upaya regulasi.

Upaya Mandiri dan Dukungan Komunitas

Sementara menunggu regulasi yang lebih ketat, individu seperti Sadie mencari dukungan melalui komunitas daring. Mereka saling berbagi pengalaman, memberikan dukungan, dan mencari cara untuk mengubah kebiasaan belanja mereka. Sadie, yang kini menjadi moderator di salah satu forum, telah berhasil mengurangi kebiasaan belanjanya dan mengubah prioritas hidupnya.

Sadie mengingatkan bahwa kita semua terperangkap dalam siklus konsumsi yang terus-menerus, mencari kesenangan sesaat dari belanja. Dia mengajak kita untuk menyadari bahwa hidup memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar memuaskan keinginan konsumtif.

Pelajaran Berharga

Kisah Sadie adalah peringatan bagi kita semua. Pada era digital yang penuh godaan, kita perlu waspada terhadap jerat belanja daring. Kita perlu belajar mengendalikan hasrat konsumtif dan mencari kebahagiaan sejati di luar dunia material.

IKLAN BAWAH

spot_img

SIAR IKLAN

Presiden SuhartoPresiden Suharto

SIAR TERKENAL

SIAR TERKAIT