Tiongkok Menghadirkan Ladang Surya Raksasa di Dataran Tinggi Tibet

SiarKota.Com | Tiongkok—Bayangkan hamparan panel surya yang menyerupai lautan gelap, membentang seluas 420 kilometer persegi di Dataran Tinggi Tibet. Proyek ini berdiri pada ketinggian menantang, hampir 3.048 meter di atas permukaan laut.

Tiongkok berhasil merampungkan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (solar farm) terbesar di dunia, berlokasi di Provinsi Qinghai. Luas lahan ini kira-kira sebanding dengan Kota Chicago dan menjadi langkah krusial dalam inisiatif energi terbarukan Tiongkok yang sangat ambisius.

Proyek yang dikenal sebagai Taman Surya Talatan ini menyelesaikan dua pertiga pembangunannya. Ketika beroperasi penuh, lebih dari 7 juta panel surya akan aktif, menghasilkan daya listrik yang cukup untuk memasok kebutuhan 5 juta rumah tangga.

Pihak Tiongkok memilih lokasi di ketinggian ekstrem ini karena memiliki intensitas sinar matahari yang luar biasa. Atmosfer yang lebih tipis di sana mampu meningkatkan efisiensi daya secara signifikan. Tempat ini ideal untuk produksi energi surya dalam skala besar. Menariknya, proyek ini mengintegrasikan tenaga surya dengan turbin angin yang diposisikan di sepanjang punggung bukit, serta bendungan hidro di tepi dataran tinggi.

Jalur transmisi tegangan tinggi akan menyalurkan listrik terbarukan ini sejauh lebih dari 1.600 kilometer, mengirimkan energi bersih ini ke pusat-pusat industri dan populasi yang padat di Tiongkok timur.

Keterkaitan Energi Terbarukan dengan Strategi Komputasi AI

Proyek surya masif ini menjadi pilar utama dari strategi nasional Tiongkok yang berjuluk “Data Timur, Komputasi Barat”. Melalui kebijakan ini, Tiongkok memindahkan pusat data yang dikenal haus energi dari wilayah pantai timur yang sibuk ke wilayah barat yang kaya akan sumber energi terbarukan.

Sebagai bukti implementasi, Tibet telah meresmikan pusat kecerdasan buatan (AI) skala besar pertamanya yang bernama “Yajiang-1”, dibuka pada Juni 2025 di Kota Shannan. Fasilitas ini memiliki 256 server canggih dengan kapasitas pemrosesan 2.000 petaflops, vital untuk mendukung komputasi AI super cepat.

Yajiang-1 memanfaatkan keunggulan geografis Tibet. Iklim dinginnya berfungsi alami untuk mengurangi biaya pendinginan. Sementara, pasokan energi terbarukan yang berlimpah menjamin biaya operasional yang rendah.

Seorang manajer umum perusahaan teknologi setempat, Han Shuangshuang, menyatakan bahwa Yajiang-1 akan mendorong inovasi di berbagai bidang. Inovasi-inovasi tersebut meliputi pelatihan AI, pengemudian otonom, perawatan kesehatan pintar, dan pemantauan ekosistem dataran tinggi.

Strategi yang bermula pada tahun 2022 ini meliputi pembangunan delapan pusat data utama di wilayah barat. Investasinya mencapai lebih dari $6,1 miliar. Integrasi surya dan angin ini cara berkelanjutan Tiongkok untuk menguatkan dominasi di bidang AI.

Tiongkok Menuju Pencapaian Target Iklim

Pengembangan proyek tenaga surya ini menjadi tindak lanjut Presiden Xi Jinping dalam pidatonya di PBB pada September 2025. Tiongkok, sebagai penghasil emisi karbon terbesar global, berkomitmen untuk memangkas emisi 7–10% dari puncak tertinggi hingga tahun 2035.

Komitmen tersebut meningkatkan kapasitas angin dan surya hingga enam kali lipat. Selain itu, Tiongkok menargetkan konsumsi energi non-fosil melebihi 30% pada tahun 2035.

Investasi besar-besaran Tiongkok di sektor terbarukan sudah membuahkan hasil. Emisi karbon turun sebesar 1% pada awal tahun 2025, bahkan saat permintaan listrik dan pertumbuhan ekonomi meningkat. Proyek di Tibet ini memperkuat posisi Tiongkok sebagai pemimpin pasar teknologi bersih global. Kebijakan ini sejalan dengan upaya memenuhi Perjanjian Paris dan membuka peluang ekonomi baru di wilayah terpencil.

IKLAN BAWAH

spot_img

SIAR IKLAN

Presiden SuhartoPresiden Suharto

SIAR TERKENAL

SIAR TERKAIT